Senin, 18 Januari 2016

Bijak dalam Memuji



Jumat, 14 Februari 2014

      Pujian. Siapa yang tidak senang jika dirinya dipuji? Saya pikir hampir sebagian orang akan senang jika dirinya dipuji. Namun, taukah kalian kawan, bahwa dibalik pujian itu sebenarnya terdapat fitnah yang amat berbahaya? Karena pernah dulu di zaman Rasulullah SAW ada seseorang yang memuji temannya yang ketika itu Rasulullah SAW berada di sampingnya. Maka beliau bersabda
Celaka kamu, kamu telah memenggal leher temanmu, kamu telah memenggal leher temanmu -berulang-ulang-. Kalaupun salah seorang di antara kalian harus memuji temannya maka hendaknya dia mengatakan: Aku mengira dia seperti itu dan Allahlah yang menghisabnya, aku tidak memuji siapapun di hadapan Allah.” (HR. Muslim no. 3000)
    Maksud dari “memenggal leher” itu adalah bahwa hal itu dapat mencelakakan orang yang dipuji. Dalam riwayat lain Rasulullah SAW juga bersabda, dari Al-Miqdad bin Al-Aswad r.a dia berkata,“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menaburkan tanah ke wajah-wajah orang yang berlebihan dalam memuji.” (HR. Muslim no. 3002)
      Dua hadits di atas menunjukkan akan bahayanya sebuah pujian. Mengapa demikian? Karena ketika pujian itu diterima dapat menimbulkan perasaan ‘ujub (berbangga diri) bagi orang yang dipuji. Dari rasa ‘ujub tersebut sangat berpotensi untuk timbul pula rasa tinggi hati, sombong, merasa diri paling benar dan bahkan memandang rendah orang lain. Intinya akan berdampak buruk lah.
      Itulah tadi penjelasan terkait larangan memuji. Sebenarnya bukan tidak boleh, hanya saja dikhawatirkan akan menyebabkan hal yang tidak baik kepada orang yang dipuji apabila kita memuji orang lain seperti yang saya tulis di atas. Terlebih – lebih jika pujian itu diberikan secara berlebihan.
      Ada saran yang bagus dari Tere Liye terkait memuji orang lain. Kalau kata Tere Liye, apabila kita ingin memuji seseorang dapat kita lakukan dengan dua hal, yaitu dengan menceritakan kebaikan atau kisahnya tanpa orang yang bersangkutan tau dan mendoakan orang yang ingin dipujinya (mengganti pujian dengan doa). Misalnya saja, ketika kita mendapati ada seseorang yang menolong nenek menyebrang jalan, maka kita dapat menceritakan perbuatannya itu kepada orang lain dengan harapan agar orang yang kita ceritakan tersebut mendapat pelajaran sehingga dapat meneladani perbuatan orang yang menolong nenek tadi. Setelah itu, dapat pula kita tambahkan dengan doa agar dia diberikan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan juga agar kita dapat meneladani perbuatan baiknya.
      Demikianlah sedikit tulisan saya terkait tindakan kita dalam memuji orang lain. Maka dari itu yuk kita bersikap bijak dalam memuji. Jangan berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan itu juga tidak baik bukan? Semoga saja ini tidak berakhir dalam bentuk tulisan ataupun bacaan bagi kita semua, tetapi dapat kita praktikkan terlebih – lebih bagi diri saya pribadi. Semoga bermanfaat. Amin

NB: Artikel ini terinspirasi dari salah satu postingan di socmed

very latepost

0 komentar:

Posting Komentar