Setiap orang pastilah
pernah dilanda kesedihan ataupun dikaruniai nikmar oleh Allah SWT. Ada hadits
menarik yang ingin saya tulis di sini yang boleh jadi akan menjadi “obat” bagi
para pembaca yang galau dan semoga menjadi “obat” bagi para pembaca yang sedang
mendapat nikmat dari Allah agar tidak lupa diri dan tetap bersyukur kepada
Allah SWT. Sebelum saya lanjutkan haruslah dipahami wahai para pembaca yang
budiman, bahwa segala ujian maupun cobaan yang menimpa kita, maka itulah yang
terbaik apabila kita bersyukur terhadap nikmat-Nya dan bersabar atas
cobaan-Nya. Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ
ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ
خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh unik perkaranya orang
mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya baik, dan itu tidaklah dimiliki kecuali
oleh orang mukmin. Apabila ia diberi nikmat, ia bersyukur, dan ini baik baginya
dan apabila ditimpa musibah, dia bersabar, dan ini baik pula baginya.” (HR. Muslim)
Saudaraku
sekalian yang semoga selalu dalam limpahan rahmat-Nya. Hadits di atas
menunjukkan kepada kita bahwa segalah hal yang menimpa kita, orang – orang
mukmin itu pada dasarnya adalah baik. Apabila kita memang mengaku seorang
mukmin, maka yakinlah bahwa segala yang menimpa kita adalah baik. Entah itu
nikmat ataupun cobaan dari Allah SWT. Hal ini kembali kepada kita untuk
menyikapinya seperti apa.
Khusus
pada kesempatan kali ini saya ingin bercerita tentang sabar ini. Orang yang
diceritakan ini kita samarkan saja namanya ya. Sebut saja X. Semoga pembaca
tetap bisa mengambil pelajaran dari apa yang saya tulis lebih lanjut. Untuk
selanjutnya biarkan beliau yang bercerita.
“Baru tadi pagi saya melihat website
integra (website untuk melihat nilai di kampus saya). Mata kuliah yang saya
lihat pertama kali adalah “ekonomi *****xxxxx”. Sungguh terkejut hati, karena
ternyata saya mendapat nilai D. Kemudian saya lihat mata kuliah yang lain, alhamdulillah
tidak ada yang dapat D lagi. Tetapi ada satu mata kuliah yang memiliki beban 4
sks yang saya harus mendapat nilai BC. Hitungan nilai BC ini adalah “lulus”,
tetapi karena beban sks-nya besar maka nilai yang diperoleh pada mata kuliah
ini sangat menentukan IP (indeks prestasi) yang diperoleh pada semester ini.
Ternyata memang, IP saya tidak lebih dari 3,00 . bahkan di bawah itu. Ketika
menyadari hal ini, saya bingung dan rasa sedih bercampur benci jadi satu. Sedih
karena IP tidak mencapa target dan benci kepada diri sendiri mengapa saya
sebelumnya tidak berusaha lebih keras lagi sehingga IP saya dapat lebih baik.
Huff.. tetapi tetap saja semua sudah terjadi.
Sebenarnya tidak boleh juga saya
seperti ini. Mengingat Allah juga mengaruniakan nilai yang baik di mata kuliah
yang lain. Dan harusnya saya juga bersyukur hanya satu mata kuliah yang dapat
D. Ya, benar. Sebagai jika memang saya ataupun pembaca benar seorang mukmin,
haruslah bersikap seperti yang dijelaskan Rasulullah SAW. di atas.
Terlepas dari masalah ini, mungkin
ini juga teguran dari Allah kepada saya atau kepada kita semua yang merasa
mengalami musibah. Seperti yang Allah sebutkan dalam firman-Nya
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada
mereka sebagian azhab yang dekat (di dunia) sebelum azhab yang lebih besar (di
akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS.
as-Sajdah: 21)
Bagi saya pribadi mungkin apa yang saya peroleh di semester
ini merupakan teguran dari Allah agar lebih keras lagi usahanya di semester
depan. Saya bukan munafik, tapi saya hanya ingin belajar untuk bersabar. Jika
kalian bertanya apakah saya tidak sedih? Tentu saya pun sedih para pembaca.
Tetapi bukan berarti harus meratapi dan berlarut – larut dalam kesedihan itu
bukan? Yah, semoga saja kita diberi kelapangan dan kekuatan untuk bisa bersabar
ketika mendapatkan musibah ataupun cobaan. Sebaliknya, smoga saja kita tidak
lupa diri dan sombong , ataupun membanga – banggakan diri apabila kita mendapat
nikmat dari-Nya. Karena sesungguhnya tiadalah suatu kejadian menimpa kita
melainkan itu terjadi dengan izin Allah SWT.”
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan
(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang
yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. al-Hadid: 22-23)