Jumat, 15 Desember 2017

Lewati Batas Ke Negara Tetangga : Kuching, Malaysia



Mendapat tempat tugas di Sanggau, membuat saya penasaran ingin berkunjung ke negara tetangga mengggunakan jalur darat. Maklum, Kabupaten Sanggau merupakan Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia, tepatnya Provinsi Serawak. Dan alhamdulillah keinginan itu kesampaian. Walaupun memang untuk berangkatnya melalui jalur udara.


Pontianak – Kuching
Perjalanan ke Kuching saya mulai dari Pontianak (Dari Sanggau – Ponti menggunakan taksi dengan tarif Rp 150.000) menggunakan pesawat. Harga tiket pesawat Pontianak – Kuching terbilang murah yaitu sebesar Rp275.000 . Memang itu bukan harga normal, saat itu kebetulan harga tiket pesawat sedang promo dari salah satu maskpai. Tetapi harga normalnya yang paling murah sekitar Rp500.000-an.
Waktu tempuh menggunakan pesawat adalah sekitar 40 menit. Sedangkan untuk waktu di Kuching sama dengan Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA). Setibanya di bandara, kartu seluler kita tidak dapat digunakan. Walaupun memang ada provider yang masih dapat digunakan dengan syarat dan ketentuan khusus. Tetapi, yang paling mudah menurut saya pribadi adalah kita membeli kartu selular yang digunakan di Malaysia.
Tujuan kami setiba di bandara adalah menuju penginapan yang terletak di daerah waterfront. Kami menggunakan taksi bandara yang dikenakan tarif 30 RM (Ringgit Malaysia).  

Kartu Seluler Malaysia
Saya pribadi menyarankan teman – teman yang ke sini untuk membeli kartu seluler Malaysia. Hal ini untuk memudahkan kita berwisata. Dengan kartu yang di sana, kita dapat menggunakannya untuk internet dan aplikasi transportasi online. Untuk layanan transportasi online yang ada saat ini di Kuching yaitu Uber dan Grab. Kita dapat menemukan counter penjualan saat akan menuju pintu keluar dari bandara, di terminal Kuching dan minimarket. 
Kartu yang Dijual di Terminal Kuching

Penginapan
Kebanyakan penginapan memang terpusat di sekitar waterfront. Teman – teman bisa memilih sesuai selera dan tentunya harga yang ditawarkan. Harganya beragam, mulai dari yang paling murah (seingat saya itu sekitaran Rp 100.000-an ke atas dan ada juga yang Rp 500.000-an dsb.,) tergantung fasilitas dan bintang penginapan/hotel tersebut. Pemesanan hotel kami lakukan saat masih di Indonesia melalui aplikasi dan dibayar menggunakan rupiah.

Money Changer
Ada baiknya teman – teman sudah menyiapkan uang RM terlebih dahulu karena pada saat kami tiba di bandara tidak melihat adanya money changer. Mungkin ada, tetapi kami belum sempat menanyakannya kepada petugas setempat. Penukaran uang kami selanjutnya dilakukan di money changer yang ada di mall sekitaran waterfront (tempat kami menginap juga). Harga 1 RM sekitar Rp 3200-an (teman – teman bisa cek di google).

Destinasi Wisata
Jujur, kami belum merencanakan destinasi wisata kami saat di Kuching. Sehingga, kami pun browsing seadanya dan hanya sempat mengunjungi 3 (tiga) tempat, yaitu :
1.       Waterfront
Waterfront menjadi destinasi wisata pertama dan sepertinya merupakan icon kota ini selain “kucing” itu sendiri. Sesuai namanya, waterfront terletak di tepian sungai. Adapun “bentuknya” sendiri berupa pusat keramaian, yang mana di sini terdapat pedagang yang berjualan, jalur pejalan kaki dan wisata air menggunakan perahu ataupun “donat” untuk menyusuri sungai. 
Suasana pedestrian di waterfront
Apabila kita merasa bosan dengan makanan ataupun suasana yang ada, kita dapat menyebrang menggunakan perahu dengan membayar 1 RM/orang. 
Penyebrangan menggunakan perahu 
Kapasitas perahu sekitar 15 orang. Kita harus menunggu terlebih dahulu hingga jumlah penumpang mencukupi, baru setelah itu perahu akan berjalan.

Tampilan waterfront dari sisi seberang


Bagi teman – teman yang ingin buang air kecil saat di sana, tidak perlu khawatir karena di sana terdapat wc umum. Kita dapat membayar seharga 20 sen.
Toilet di sekitar waterfront
 
Hem..saya juga ingin menambahkan saat malam minggu di sekitar waterfront itu macet. Jadi memang lebih nyaman berjalan kaki, sambil menikmati indahnya lampu – lampu di sekitar pedestrian. 
Kemacetan hingga Masjid Bandaraya

2.       Masjid Bandaraya Kuching
Masjid Bandaraya Kuching masih terletak di sekitar waterfront. Masjid ini juga menjadi icon tersendiri dikarenakan usianya yang sudah cukup lama, yaitu sejak tahun 1847. Adapun pembukaan secara resminya, yaitu pada 20 September 1968. Masjid ini dapat menampung sekitar 4.000 jamaah. Untuk menempuhnya, kita membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan berjalan kaki untuk. Sedangkan apabila kita menggunakan grab ataupun uber, biaya yang dibutuhkan sebesar 3RM


3.        Museum Kucing
Untuk menuju musim kucing, kami menggunakan tarnsportasi online. Biaya yang dikeluarkan adalah sebesar 10 RM. Di sana, kita tidak dikenakan tiket masuk. Tetapi, bagi pengunjung yang membawa hp ke dalam diharuskan membayar (saya lupa berapa). Kalau tidak mau dikenakan biaya, kita dapat menitipkannya di tempat penitipan. Sesuai namanya, museum kucing bercerita tentang segala yang berkaitan dengan kucing. Mulai dari jenis kucing, perlakuan kucing di negara tertentu hingga mitos terkait kucing. Tetapi, yang paling saya suka dari sana adalah mengenai hadits tentang kucing.

4.       Jembatan Darul Hana
Jembatan ini juga menambah keindahan sekitar waterfront. Oiya, bila pagi pedestrian digunakan sebagai jalur jogging. Jalur ini juga berlanjut hingga menyebrang melalui jembatan ini. Jembatan ini dikhususkan untuk pejalan kaki saja.  Sedangkan saat malam, pemandangannya tidak kalah indah dipadukan dengan warna – warna lampu.



Oleh – oleh
Sudah menjadi kebiasaan bagi kita, apabila mengunjungi suatu tempat ada oleh – oleh yang dibawa pulang. Untuk Kuching sendiri, oleh – olehnya dapat berupa kaos ataupun yang paling lumrah yaitu gantungan kunci. Selain itu, ada juga kue khasnya. Sebenarnya bukan kue khas, tetapi kalau kita bertanya kepada orang – orang di sana apa oleh – oleh yang bisa kita bawa pulang mereka akan menjawab kue lapis ini. Harganya bervariasi, ada 10 RM, 15 RM dsb. Kita dapat membelinya di sekitar waterfront dan dapat juga pergi ke toko khusus yang menjualnya. 

Sedangkan untuk cinderamata yang lain seperti kaos dll. dapat kita beli di toko - toko pinggiran jalan (masih di sekitaran waterfront dan penginapan). Tampilan toko – toko di sana seperti kita berada di Malioboro kalau teman – teman pernah ke Jogja.  Hanya saja memang tidak seramai di Jogja.



Kuching Center
Terminal keberangkatan dari Kuching yaitu Kuching Center. Selain sebagai terminal,  Kuching Center juga diperuntukkan sebagai tempat berbelanja.


Perjalanan Pulang ke Sanggau
Perjalanan pulang kami tempuh menggunakan bus antar negara. Kami memilih Damri (cinta Indonesia hehe), jurusan Kuching - Pontianak. Waktu tempuhnya adalah 8 jam dengan biaya 90 RM. Tetapi, karena kami hanya sampai Entikong sehingga hanya membayar 30 RM per orang. Selain Damri juga terdapat bus yang lain. Ada yang jurusan ke kota di Malaysia juga, seperti Miri, Kinabalu dsb. Untuk jurusan ke Indonesia sendiri selain Pontianak saya tau berdasarkan info dari petugas loket di Damri adalah Nanga Pinoh dan Sintang.



Suasana bus sendiri tidak ramai, hanya ber-8 ditambah dengan kami. Berdasarkan penuturan penumpang yang biasa menggunakan bus, biasanya penumpang yang menggunakan bus lebih ramai dari ini. Bus ini juga dilengkapi dengan toilet dan kabel untuk mencharge HP. 


 

Kurang lebih 45 menit selepas bus berangkat, bus akan berhenti di mini market. Di sini teman teman bisa membeli cemilan ataupun sesuatu yang lainnya. Selain itu bisa juga sekalian ke toilet. Kami berhenti di sini sekitar 15 – 20 menit.


PLBN Entikong
Entikong adalah perbatasan dari sisi Indonesia, apabila dari sisi Malaysianya adalah Tebedu. Total perjalanan dari Kuching – PLBN Entikong adalah 2 jam ditambah dengan proses berhenti tadi. Saat melewati pemeriksaan imigrasi, penumpang diharuskan turun untuk menunjukkan paspor. Bagi penumpang yang sedang sakit, dapat diwakilkan oleh temannya.




Tujuan akhir kami bukan Sanggau, sehingga kami harus turun di sini. Hal ini dikarenakan jalur menuju Pontianak dan Sanggau berbeda, nanti jalurnya akan terbagi. Untuk melanjutkan perjalanan ke Sanggau, kami mencarter mobil. Harga yang ditawarkan tergantung jenis mobilnya. Ada yang Rp 700.000 dan ada pula yang Rp 900.000 – Rp 1.000.000 (sudah termasuk bahan bakar) . Itu berlaku untuk 1 (satu) mobil. Jadi kalau teman – teman mengisi full mobilnya, maka biaya yang dikeluarkan per orang pun otomatis menjadi lebih murah. Harus pintar – pintar menawar sih. Hal yang ditakutkan adalah kita dikenakan tarif yang mahal. Pokoknya patokannya harganya seperti yang disebutkan tadi tergantung jenis mobilnya.
Kasus kami sendiri, kami dibantu oleh petugas Damri yang ada di PLBN tersebut. Jadi beliau yang mencarikannya. Bagi teman – teman yang ingin beristirahat pun dapat dilakukan di sini, solat dan makan misalnya. Baru setelah itu melanjutkan perjalanan. Waktu tempuh Entikong – Sanggau adalah sekitar 2,5 jam. 


Info Tambahan
Apabila teman – teman ingin menggunakan bus jurusan Pontianak – Kuching, biayanya adalah sebesar Rp 300.000 . Selain bus, juga ada pilihan transportasi darat yang lain, yaitu travel. Saya mendapatkan informasi ini dari penumpang lain saat kami pulang. Untuk travel tadi, mereka dikenakan Rp 1.000.000 untuk tiga orang. 

Penutup
Hem..demikian sedikit cerita saya, semoga bermanfaat bagi teman - teman yang ingin berkunjung ke sana ataupun sekedar menambah pengetahuan tentang Kuching. Walaupun tidak selengkap bila kita searching di google. hehe
 

0 komentar:

Posting Komentar