06.33 -
artikel Islam
No comments
Kisah Lukmanul Hakim
Kisah yang saya tulis ini
bersumber dari rekaman ceramah dari salah satu masjid. Tentunya dalam
penulisannya ada kurang dan lebihnya, tidak sama persis. Mudah – mudahan hal
itu tidak mengurangi manfaat yang dapat diambil dari kisah ini. Untuk sumber jelasnya sendiri saya tidak tau
persis, beliau (penceramah) mengambil dari kitab apa. Saya hanya mengetahui
bahwa cerita ini diambil dari manaqib (biografi).
Para ulama salaf sendiri berbeda
pendapat mengenai Lukmanul Hakim, apakah dia seorang nabi ataukah hamba yang
soleh. Tetapi, pendapat yang lebih kuat adalah Lukmanul Hakim seorang hamba
soleh yang tidak diberikan gelar kenabian.
Kedudukan dan Fisik Lukmanul
Hakim
Mengutip riwayat dari Ibnu ‘abbas
, Lukman adalah hamba sahaya yang berasal dari negeri Habsyah yang pekerjaannya
seorag tukang kayu. Pada zaman dahulu, kebanyakan hamba sahaya dikenalknya
memiliki kulit yang hitam. Berkaca dari kedudukan Beliau (Lukman), Beliau
bukanlah orang yang terpandang di hadapan manusia.
Riwayat lain dari Jabir
mengatakan Lukman laki-laki yang pendek dan hidung agak sedikit pesek. Peseknya
hidung Lukman disesbabkan kecelakaan, namun tidak dijelaskan secara detail
sebab kecelakaannya seperti apa.
Riwayat lain dari Zaid bin Nuzaib mengatakan Beliau berasal dari Sudan, memiliki bibir yang agak
tebal.
3 riwayat tadi menunjukkan
kondisi fisik dan kedudukan Lukman yang biasa – biasa saja. Namun, seperti kata
Zaid bin Nuzaib, Beliau diberikan Allah hikmah,yaitu kalimat yang keluar dari
lisan Beliau akan sangat membekas bagi pendengarnya. Hal ini dikarenakan
ketaqwaan Beliau. Apabila bertaqwa, maka setiap perkataan akan membekas.
Lukman dan Majikannya
Imam ibnu Jarir, seorang ulama
ahli tafsir pada salafus salih menceritakan suatu hari tuannya memerintahkan
Lukman untuk menyembelih seekor kambing. Setelah itu, tuannya berkata “wahai
lukman, coba keluarkan dua jenis daging yg paling bagus.” (Bagus di sini
berarti baik, enak rasanya, dsb.). Lalu Lukman mengeluarkan daging yang berasal
dari lidah dan hati. Tidak berapa lama
kemudian ada lagi kambing yang lain , dan Lukman diperintahkan untuk menyembelihnya
lagi. Lalu disembelihlah oleh Lukman. Tuannya berkata lagi “wahai Lukman, coba
kamu keluarkan dua daging yang paling jelek.” (kalau bahasa kita yaitu yang
paling tidak enak). Lalu lukman mengambil lidah dan hati. Lalu tuannya bingung
dan heran . “wahai lukman, aku tadi mememrintah kan kepada engkau utnuk memilih
dua dging yang paling bagus, maka engkau mengambilkan lidah dan hati. Dan aku
pun perintahkan kepada engkau untuk mengambil dua daging yang paling jelak, yang
buruk, maka engkau pun juga mengambilkan lidah dan hati.“
Lalu Lukman menjawab, “sesungguhnya
tidak ada satupun yang memberikan pengaruh bagi jasad ini melainkan kedua hal
itu. Artinya yang kedua macam ini, kedua anggota badan ini sangat berpengaruh
bagi jiwa, jasad seseorang. Kalau keduanya ini bagus, maka bagus pula jasad
kita. Kalau hati dan lisan kita bagus, maka itu akan berimbas pada perbuatan
kita, otak, telinga dsb.
Sesunguhnya Nabi Muhammad SAW
pernah bersabda “ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia
baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh
jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah yang dimaksud Lukman . Apabila
seseorang memiliki hati dan lisan yang baik, maka hal itu akan berimbas pada
seluruh badan kita. Begitu pula jika daging itu rusak, jelek dsb. maka akan
nerimbas pada seluruh jasad kita.
Lukman dan Kalimatnya yang
Berpengaruh
Ada seseorang bertanya kepada Lukman
“kenapa Anda bisa seperti ini?kalimat yang Anda keluarkan sangat berpengaruh
dan berbekas?”
Lukman berkata “karena aku ini
menundukkan pandanganku dari apa apa yang diharamkan oleh Allah SWT. Dan karena
aku menahan lisanku dari sesuatu yang dilarang Allah SWT.
Karena aku sangat memelihara makananku
Karna aku menjaga kemaluanku
Karena aku ini berkata jujur
Dan karena aku ini menjaga janji,
menepati janji. Apabila berjanji maka pasti aku tepati.
Dan karena aku ini senantiasa
menjamu, menghormati tamuku. Tidak menyakiti satu pun.
Menjaga tetanggaku (tidak
menyakiti, tidak berbuat usil, tidak mengganggu.
Dan aku senantiasa meninggalkan
perbuatan yang sia – sia, yang tidak meninggalkan manfaat sedikitpun.
Dan iniliah yang membuat engkau,
membuat diriku sebagaimana engkau lihat.”
0 komentar:
Posting Komentar