19.45 -
tentangperasaan
No comments
perasaan
kita tidak marah dan ingin membalasnya? tetapi tidak demikian. tidak selamanya kita harus mengikuti perasaan itu, perasaan marah dan benci apalagi. maka ketika perasaan itu datang, gunakanlah logika. apa dampak yang terjadi jika kita mengikutinya, dan sebagainya, dan sebagainya.
ketika seorang ayah mendapati anaknya telah menggores mobil kesayangannya tentu rasa marahlah yang timbul. bila mengikuti perasaan itu anaknya tentu akan dimarahinya. dan itu boleh jadi menunjukkan dia lebih sayang mobilnya dibanding dengan anaknya. tetapi bila dia ayah yang bijak dia akan bersabar dan memahami ketidaktauan anaknya yang masih kecil. bukan amarah yang meluap, bukan cacian apalagi tamparan yang diberikan kepada sang anak. melainkan nasihat yang bijak, dan kelapangan hati sang ayah untuk bersabar terhadap ketidaksengajaan anak.
ketika suami istri bertengkar hebat dan membuat mereka ingin bercerai, maka saat itulah mereka harus mengendalikan perasaan masing-masing. ego yang ada pada mereka. karena mereka tentu berpikir, anak mereka akan terkena imbas apabila mereka mengikuti pearasaan yang muncul ketika itu. tidak hanya itu, keluarga dari suami dan istri juga akan terkena.
dua contoh di atas hanyalah sebagaian kecil dari kejadian sehari-hari yang dapat kita ambil sebagai pelajaran apabila kita terlalu mengikuti perasaan. betapa banyak kita lihat di pemberitaan media terkait hilangnya nyawa karena rasa cemburu, putusnya pertemanan karena perasaan marah yang sesaat. semua karena tidak dapat mengendalikan perasaan yang muncul tiba-tiba. janganlah begitu... btw, terkait contoh yang saya tuliskan mungkin saya terkesan sok tau karena sebenarnya belum menikah dan belum menjalani fase itu. tapi setidaknya itulah yang saya ketahui dan tentunya saya pun juga tidak ingin menjadi begitu.
pendek kata, perasaan tidaklah hanya tentang dua orang lelaki dan wanita yang sedang dilanda kasmaran. tetapi perasaan lebih dari itu, menjangkau segala hal dan aspek kehidupan. ayah dan anak, suami istri, pertemanan, persahabatan, dan lain-lain. dan yang terpenting adalah juga menyangkut antara aku dan kamu. (haha, kok jadi nyambung ke sini).
bijaklah dalam menyikapi perasaan yang ada. jangan terlalu mengikutinya. gunakanlah logika berpikir. bukan untuk membunuh perasaan, tetapi mengendalikannya dan mengungkapkannya secara bijak. hal ini tentu saja bukan untuk kalian yang membaca tetapi yang terpenting adalah untuk yang menulis ini. ingat kawan, sudah 22 tahun. jadilah pemuda yang stabil, jadilah dewasa yang sebenar - benarnya.
0 komentar:
Posting Komentar