01.45 -
artikel Islam
No comments
Keihklasan Seorang Suami
Surabaya, 15 Nopember 2013
Tersebutlah sepasang suami istri. Mereka sudah menikah
selama empat tahun, namun belum juga dikaruniai anak. Akhirnya mereka
memutuskan untuk pergi ke dokter memeriksakan diri. Setelah diperiksa, ternyata
Sang Istri mengalami kemandulan. Sang Suami yang mengetahui hal itu pun meminta
kepada dokter yang memeriksa agar tidak memberitau istrinya dan mengatakan
bahwa dirinyalah yang mandul. Sang Dokter pun mengatakan apa yang diminta oleh
Suami, yaitu mengatakan bahwa yang mandul adalah dirinya
.
.
Empat tahun berlalu dan mereka belum juga dikaruniai
anak. Sang istri mulai berubah dan menyalahkan suami yang mandul. Para tetangga
pun mulai bicara yang tidak mengenakkan. Hal ini terus berlalu dan kerahasiaan
bahwa yang mandul adalah Sang Istri tetap terjaga.
Sampai suatu ketika, Sang Istri terkena penyakit gagal
ginjal dan harus dilakukan operasi. Mendekati hari H, tepatnya 2 hari sebelum
operasi dilaksanakan Sang Suami berkata pada Istrinya bahwa dia tidak bisa
menemaninya untuk operasi dan dia akan mencarikan orang yang mau mendonorkan
ginjalnya. Mendengar bahwa Sang Suami tidak dapat menemaninya pada hari H
operasi, Sang Istri kesal kepada Sang Suami. Tanpa sepengetahuannya, dia
mendonorkan ginjalnya untuk Sang Istri.
Waktu kembali berlalu dan saat itu mereka sudah
dikaruniai anak dan mereka diliputi kebahagiaan. Karir Sang Suami juga
meningkat. Rasa syukur mereka rasakan. Suatu saat, Sang Suami harus pergi dinas
ke luar negeri untuk menggantikan pimpinannya yang berhalangan hadir. Tetapi
dia lupa membawa buku diarinya. Ternyata , Sang Istri melihat dan membaca buku
diari Sang Suami. Dan betapa terkejutnya ia tentang kenyataan yang
disembunyikan suaminya dahulu ketika memeriksakan diri ke dokter dan operasi
ginjal yang dilakukannya. Mengetahui kenyataan tersebut, Sang Istri menjadi
malu kepada suami. Mengapa dia begitu tega terhadap suaminya, padahal suaminya
selama ini begitu sayang dengan dirinya. Sampai akhirnya Sang Suami pulang.
Sang Istri tidak dapat mengangkat kepalanya dan teramat malu untuk menatap Sang
Suami. Dia bercerita bahwa dia telah mengetahui yang sebenarnya dan meminta
maaf kepada Sang Suami. Dengan senyum tulusnya Sang Suami mengatakan bahwa
janganlah hal itu diingat lagi. Dia ikhlas dan yang terpenting istrinya telah selamat
dan saat ini telah dikarunia anak.
Dari cerita tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa
dalam melakukan sesuatu haruslah dilakukan dengan ikhlas dan janganlah kita
berprasangka buruk kpeada orang lain. Boleh jadi, apa yang kita sangka baik itu
ternyata adalah buruk dan apa yang kita sangka baik itu adalah buruk. Seperti
dalam firman Allah SWT “....boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi kamu (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui” (Q.S Al Baqarah :
216)
Taujih
Mas Fani, 14 November 2013
0 komentar:
Posting Komentar